SELAMAT DATANG di portal pendidikan GURUMUDA Subang. Stay disini, semoga kunjungan sahabat berkesan. @ Salam persahabatan !!!

Senin, 23 Januari 2012

Xenia Maut Ternyata Digas Hampir 100 Km/Jam

Semula dalam keterangannya kepada penyidik, Afriyani mengaku rem mobil blong.

Umi Kalsum, Dwifantya Aquina
VIVAnews - Sebanyak sembilan nyawa melayang dalam insiden Xenia maut di Jalan Ridwan Rais, Jakarta Pusat, Minggu 22 Januari 2012, kemarin. Sementara belasan orang lainnya terluka setelah mobil yang dikemudikan Afriyani Susanti (29), warga Tanjung Priok tiba-tiba menghantam sejumlah orang yang sedang berjalan di trotoar dan halte bus depan Tugu Tani.

Saksi mata mengungkapkan, sebelum menghantam para korbannya, Xenia maut meluncur kencang tanpa kendali, bahkan sempat oleng. Kecepatan mobil tidak berkurang setelah belasan korbannya bergelimpangan.
Mobil baru berhenti setelah menabrak sekelompok orang lagi hingga mental dan masuk ke halaman kantor Kementerian Perdagangan..

Semula dalam keterangannya kepada penyidik, Afriyani mengaku rem mobil blong. Saat itu kecepatannya 70 km/jam, melampaui batas maksimal 60 km/jam. Namun keterangan baru yang diperoleh penyidik dari wanita bertubuh subur yang kini ditetapkan sebagai tersangka itu, kecepatan mobil yang dikemudikannya ternyata lebih dari 70 km/jam.

"Tersangka mengakui kecepatan hampir 100 kilometer per jam. Dia pun bukan baru bisa menyetir, tapi dia mengaku sudah bisa menyetir mobil sejak SMA," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto di kantor Unit Laka Lantas Polda Metro Jaya, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu malam.

Tersangka Afriyani Susanti, 29 tahun, terancam hukuman penjara maksimal enam tahun dan denda Rp12 juta. Peristiwa kecelakaan maut tersebut melanggar UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, Pasal 283, Pasal 287 ayat 5, Pasal 288 ayat 1 dan 2, Pasal 310 ayat 1, 2, 3 dan 4.

Dia terbukti berkendara tanpa membawa STNK, tak memiliki SIM, merusak fasilitas umum dan menghilangkan nyawa atas kecelakaan itu. Sebanyak sembilan orang telah meninggal dunia, 13 lainnya terluka, satu orang di antaranya dalam kondisi kritis di RSPAD Gatot Soebroto.


Sumber: VIVAnews

Jumat, 13 Januari 2012

ADA PIRAMIDA DI GARUT

Wah, Benarkah Ada Piramida di Garut?



 Tiga gunung di kawasan Kabupaten Garut, Jawa Barat dinyatakan sebagai area penelitian oleh tim ahli geologi dan antropologi dari Staf Khusus Presiden bidang bantuan sosial dan bencana alam karena terdapat peninggalan bersejarah yang terkubur. Menurut Kepala Bidang Kebudayaan, Disbudpar Kabupaten Garut Warjita, Minggu (11/12) ketiga gunung tersebut adalah Sadahurip, Haruman, dan Kaledong.

Gunung Sadahurip berada di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan. Dalam penelitian sebelumnya di Gunung Sadahurip diduga terdapat bangunan piramida seperti di Mesir. Demikian pula di Gunung Haruman dan Kaledong yang terletak di Kecamatan Kadungora.

Tentang status ketiga gunung tersebut dinyatakan secara resmi sesuai surat staf ahli kepresidenan kepada Bupati Garut tertanggal 29 November 2011. Namun hingga kini belum ada tim penelitian lebih lanjut seperti penelitian pertama 2008 silam. Belum adanya aktivitas penelitian dari tim ahli kepresidenan tersebut, menurut Warjita karena menunggu hasil data sejarah tiga gunung tersebut dari Pemkab Garut.

(Vincen Hakim)
Sumber: Liputan6.com

PRODUK BARU PESAWAT TERBANG KARYA PT. DIRGANTARA INDONESIA

2014, Prototype N-219 Diluncurkan

2014, Prototype N-219 Diluncurkan
PT Dirgantara Indonesia saat ini sedang mengembangkan pesawat N-219. Diprediksi, sebanyak 15 pesawat prototype N-219 sudah dapat diluncurkan pada 2014.  
 
INILAH.COM, Bandung - PT Dirgantara Indonesia saat ini sedang mengembangkan pesawat N-219. Diprediksi, sebanyak 15 pesawat prototype N-219 sudah dapat diluncurkan pada 2014.

Direktur Teknologi & Pengembangan PT DI Andi Alisjahbana mengatakan, pengembangan pesawat ini didukung Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan. "Untuk membangun satu pesawat prototype ini membutuhkan US$4 juta jadi kalau lima belas pesawat langsung US$60 juta," ujar Andi di sela-sela kunjungan Menteri BUMN Dahlan Iskan di PT DI, Jalan Pajajaran 154 Kota Bandung, Kamis (12/1/2012).

Meski dengan segala keunggulan N-219, pihaknya belum mendapatkan maskapai penerbangan perintis yang mau mengoperasikan pesawat ini. "Saat ini, kita masih belum mendapatkan maskapai yang akan menggunakan N-219, PT DI bukan operator pesawat," pungkasnya.

Seperti diketahui, N-219 adalah pesawat generasi baru yang dirancang PT DI untuk menjangkau daerah-daerah terpencil. Pesawat ini menggabungkan teknologi sistem pesawat yang paling modern dan canggih terutama di bagian logam konstruksi logam pesawat terbang.

N-219 memiliki volume kabin terbesar di kelasnya. Selain itu, pesawat berkecepatan maksimum 398km/jam ini mempunyai pintu fleksibel bagi penumpang dan kargo. Pesawat berkapasitas 19 penumpang ini merupakan pengembangan dari NC-212.

(Dadi Haryadi)

Sumber: Inilah.com

Senin, 09 Januari 2012

KI HAJAR DEWANTARA

Ki Hajar Dewantara bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau salah satu perintis dunia pendidikan di Indonesia, juga perintis dunia jurnalistik Indonesia, aktivis Organisasi Insulinde, Boedi Oetomo, Indische Partij, politisi dan pendiri Taman Siswa. Jasanya begitu besar dalam mencerahkan cara berfikir bangsa Indonesia. Beliau dianugrahi sebagai pahlawan nasional, bapak pendidikan Indonesia sekaligus mendapat gelar doktor honoriscausa dari universitas Gadjah Mada. Hari lahir beliau ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Semboyan beliau tutwuri handayani sampai saat ini menjadi slogan kementrian pendidikan nasional.

Biografi Singkat
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889  dan  meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun. Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

Aktivitas dalam organisasi dan kiprah perjuangan
Aktivitas Organisasi
Kiprah Perjuangan
Boedi Utomo Insulinde, Indische Partij,
Aktif di menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Dan membidani kongres pertama Budi Oetomo di Yogyakarta.
Surat kabar De Expres
Ia menulis Artikel berjudul "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". dan "Seandainya Aku Seorang Belanda" ("Als ik eens Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, tahun 1913. Isi artikel ini adalah kritik tajam terhadap pemerintah kolonial
Akibat tulisanny ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.
Indische Vereeniging
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia. Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Taman Siswa
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
Menjadi Menteri Pengajaran Pertama
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia




Sumber: Biografi Tokoh Dunia.com